Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat Usman
meminta jemaah haji asal NTB tidak mudah percaya terhadap orang tak
dikenal. Walaupun mereka menggunakan bahasa daerah sama dengan para
jemaah haji sewaktu bertemu di tanah suci. Tidak semua orang asal daerah
yang sama berkelakuan baik. Ada oknum-oknum TKI yang berada di sana
berkelakuan buruk melakukan penipuan.
Usman mengatakan pesan tersebut setelah menerima pengaduan adanya dua jemaah haji asal NTB yang melaporkan kehilangan semua
living cost
(uang biaya hidup) nya sebesar lebih 1.400 real. Ini berarti hampir
seluruh uang biaya hidupnya yang diterimanya sebanyak 1.500 real dicuri
oleh seseorang yang nada bicaranya menggunakan aksen daerah di Lombok.
Dua orang itu lanjut usia. Mereka berjalan sendiri-sendiri ketika
mengalami penipuan. "Semua uangnya habis," kata Usman seperti dilansir
Tempo, Senin 1 Oktober 2012 siang.
Jalan
keluarnya, para jemaah yang lain diminta untuk membantu secara ihlas
antara 10-20 real per orang untuk keperluan selama perjalanan haji
tersebut. "Sudah saya ingatkan jangan percaya. Walaupun satu bahasa,"
ujarnya. Baik yang kemungkinan berbahasa Sasak, Bima atau Sumbawa maupun
Madura. Dikatakan bahwa sesamaa jemaah tidak mungkin melakukan
penipuan. Sebab, mereka melakukan perjalanan ibadah haji.
Ketua Majelis Ulama Indonesia NTB Saiful Muslim yang juga pernah
menjabat sebagai Kepala Kanwil Kemenag NTB bahwa memang tidak semua
orang yang ada di Mekkah maupun Madinah memiliki niat baik. Karenanya
diingatkan terutama kepada jemaah haji yang berasal dari desa dan tidak
berpendidikan agar bepergian secara berkelompok. "Karenanya, petugas
haji hendaknya melaksanakan tugasnya dengan baik," ucapnya.
Bukan
hanya penipuan yang meminta jemaah menitipkan barangnya jika hendak ke
kamar mandi. Juga modus penipuan menawarkan jasa layanan Badal Haji
(melaksanakan haji seseorang) yang umumnya sudah meninggal. Biasanya,
mereka meminta imbalah hingga lebih 1.000 real. Juga layanan pembayaran
dam seharga seekor kambing. "Mereka ini oknum TKI yang melakukan
penipuan. Hampir selalu terjadi," katanya.(snc/tempo)
0 komentar:
Posting Komentar