Sekitar 40 unit rumah yang dibangun di Teluk Kenidai tidak selesai. Sejak berdiri tahun 2009, hanya tiga rumah yang ditempati warga. Sebagian besar rumah bantuan Kementerian Sosial terlihat memprihatinkan.
Warga menolak tinggal di rumah ini karena tidak ada fasilitas air dan listrik. Bantuan Rp7 juta dari Kementerian Sosial dinilai warga tidak cukup sehingga pembangunan terbengkalai. Akibatnya rumah mereka dibiarkan tanpa lantai, tidak ada atap, pintu, jendela dan platfon.
Warga mengaku kesulitan tinggal di lokasi ini karena minimnya fasilitas untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut warga Sumir, sebagian keluarga miskin yang sudah menetap tidak sanggup bertahan dan akhirnya memilih pindah. “Mereka tidak sanggup tinggal disini. Bagaimana mau bertahan, tidak ada air dan listrik untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Sumir, beberapa waktu lalu.
Lembaga swadaya masyarakat, Indonesia Monitoring Development (IMD) menyayangkan gagalnya proyek rumah rakyat miskin di Riau. Padahal rumah ini dibutuhkan masyarakat yang ekonominya terpuruk akibat bencana banjir. Direktur Eksekutif IMD Raja Adnan menyatakan sudah melayangkan somasi ke Dinas Sosial Provinsi Riau karena gagalnya proyek rumah korban banjir.
“Kami minta klarifikasi dinas terkait. Apakah memang anggaran untuk pembangunan rumah layak huni itu hanya sekitar Rp7 juta perkeluarga,” kata Adnan.
Berdasarkan data IMD, seharusnya setiap keluarga miskin mendapat bantuan Rp30 juta. Total dana APBN untuk pembangunan 40 unit rumah layak huni di Kampar Rp1,2 milyar. IMD mendesak Dinas Sosial Provinsi Riau dan Kementerian Sosial bertanggung jawab terhadap kegagalan pembangunan rumah untuk rakyat miskin tersebut. (asr)
0 komentar:
Posting Komentar