Kamis, 24 November 2011

Kecam Penetapan Firdaus Sebagai Tersangka

PEKANBARU (RS) Puluhan tokoh adat mendatangi Markas Polda Riau, menuntut polisi netral dalam pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) Pekanbaru, Kamis (24/11). Warga mempertanyakan penetapan tersangka salah satu calon Wali Kota Pekanbaru Firdaus yang dinilai bermuatan politis.
Sekitar 30 tokoh adat, terdiri dari datuk dan ninik mamak dari Kabupaten Kampar memasuki Markas Polda Riau, Jl Sudirman, Pekanbaru. Pucuk pimpinan suku tersebut ingin menemui Kapolda Riau Brigjen Suedi Husein.
Namun, warga hanya diterima Direskrim Polda Riau Kombes Diat Cardi. Saat dialog berlangsung, tokoh adat menuntut polisi profesional dalam pemilihan Wali Kota Pekanbaru.
Warga mempertanyakan netralitas Polresta Pekanbaru dan Polda Riau, terkait penetapan tersangka calon Wali Kota Pekanbaru Firdaus baru-baru ini. Mereka mengecam sikap polisi yang responsif terhadap Firdaus, buktinya baru satu hari diperiksa, langsung dinyatakan tersangka. Polresta Pekanbaru menduga Firdaus memalsukan dokumen persyaratan calon kepala daerah.
Warga curiga status tersangka Firdaus bermuatan politis karena ditetapkan saat proses pemilukada berjalan. Juru bicara tokoh adat Kampar Muhammad Zein mengungkapkan Firdaus adalah tokoh masyarakat Kampar, sekaligus berstatus anak kemenakan dalam adat setempat."Kami minta polisi independen untuk menghindari kemarahan warga," ujar Zein.
Sementara Direskrim Polda Riau Kombes Diat Cardi menyatakan polisi bertindak berdasarkan laporan Panswaslu Pekanbaru. Menurut Diat, pihaknya melakukan penyidikan sesuai prosedur hukum dan tidak dipengaruhi kepentingan politik.
"Tugas kami kan menerima laporan masyarakat. Proses hukum ini sudah sesuai aturan hukum. Setiap calon pemimpin harus mengedepankan kejujuran dalam memberikan data," kata Joni di depan tokoh adat. Setelah menyampaikan aspirasi selama satu jam, tokoh adat meninggalkan Markas Polda Riau. (asr)

Puluhan Tokoh Adat Datangi Polda Riau, Tuntut Polisi Netral Dalam Pemilukada Pekanbaru

Kecam Penetapan Firdaus Sebagai Tersangka PEKANBARU (RS) Puluhan tokoh adat mendatangi Markas Polda Riau, menuntut polisi netral dalam pemil...
PEKANBARU (RS) Polresta Pekanbaru menangkap lima warga Pakistan karena membawa narkoba. Polisi menemukan alat hisap dan satu paket shabu-shabu dalam mobil tersangka.

Kelima warga Pakistan digiring ke Markas Polresta Pekanbaru setelah ditangkap di Jl Riau, Pekanbaru, Kamis (24/11). Polisi memeriksa barang-barang yang dibawa kelima warga asing untuk menemukan narkoba.

Kelima imigran dicurigai saat melintas dengan mobil dari Kecamatan Dayun, Siak menuju Pekanbaru. Dua warga Indonesia yang ikut rombongan imigran berhasil kabur. Polisi menemukan alat hisap narkoba atau bong dan satu paket shabu-shabu yang disembunyikan di bawah jok mobil.

Petugas Dinas Perhubungan Siak Bambang mengaku sudah curiga gerak-gerik tersangka saat diperiksa di Jl Siak-Pekanbaru. “Kami dibantu polisi akhirnya menangkap mereka karena menemukan narkoba di mobil,” kata Bambang.

Kelima tersangka ditahan di Markas Polresta Pekanbaru. Mereka dijerat Undang-Undang Nomor 35 tahun 1999 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman lima tahun penjara. Petugas Imigrasi Pekanbaru akan memeriksa paspor para tersangka untuk mengetahui status kewarganegaraan mereka. (asr)

Bawa Narkoba, Lima Warga Pakistan Ditangkap

PEKANBARU (RS) Polresta Pekanbaru menangkap lima warga Pakistan karena membawa narkoba. Polisi menemukan alat hisap dan satu paket shabu-sha...

Rabu, 23 November 2011

“Bagaimana Pak Harto, apa jadi dilaksanakan rencana menguasai Halim,” demikian sepenggal dialog antara Komandan RPKAD Kol Inf Sarwo Edhie Wibowo dengan Pangkostrad Mayjen Soeharto dalam film G 30 S/ PKI yang fenomenal di era Orde Baru.

Halim Perdanakusuma, mungkin setiap hari orang menyebut nama pahlawan nasional tersebut. Begitu familiar karena mudah diingat. Paling tidak, bagi pejabat negara yang berangkat melalui sebuah bandara di Jakarta Timur.

Namun, tidak banyak orang tahu, perjalanan terakhir prajurit Angkatan Udara (AU) asal Sampang, Madura itu. Wikipedia mengisahkan pesawat Halim jatuh di Selat Malaka dalam penerbangan dari Thailand menuju Indonesia. Jenazah Halim ditemukan di pantai Malaysia.

Harian lokal di Sumatera Barat, Haluan edisi 9 April 2011 menceritakan panjang lebar tentang pesawat bersejarah tersebut. Pesawat jenis Avro Anson buatan Inggris ini dibeli dari emas yang dikumpulkan ribuan amai-amai (ibu-ibu) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Kisah heroik ini ditulis seorang penulis Minang, Nofendri T Lare.

Pembelian pesawat diprakarsai Wakil Presiden Muhammad Hatta sebagai alat perjuangan rakyat. Atas instruksi Hatta pula 27 September 1947, dibentuk panitia pengumpul emas yang terdiri dari sejumlah tokoh. Mereka ikut Hatta dalam perjalanan dari Jogjakarta ke Bukit Tinggi. Ketua panitia itu adalah Direktur Bank Negara Mr Abdoel Karim, mantan Bupati Jawa Timur RS Suria Atmaja dan Residen Sumatera Barat Mr Muhammad Rasjid.

Seluruh elemen sosial terlibat dalam aksi penggalangan emas, masyarakat setempat menyebutnya Tali Tigo Sapilin (ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai). Dalam tempo hanya kurang dua bulan, emas berhasil terkumpul 14 kilogram di lapangan Kantin Bukit Tinggi. Kemudian perhiasan ibu-ibu itu dilebur menjadi emas batangan.

Akhir November 1947, Majelis Pertahanan Rakyat Sumatera Barat yang diketuai Khatib Sulaiman menyerahkan emas ke Hatta di Gedung Agung, Bukit Tinggi (saat ini Istana Bung Hatta). Seorang tokoh, Aboe Bakar Loebis ditunjuk mencari pesawat. Ia berhasil menemukan penjual lewat perantara pengusaha Burma, H Savage.

Savage bertemu pemilik pesawat, warga Australia Paul H Keegan, Aboe Bakar Loebis dan penerbang asal Sumatera Barat Letnan Pnb Muhammad Sidik Tamimi alias Dick Tamimi di Singapura. Keegan pernah menjadi penerbang AU Inggris (Royal Air Force/RAF) saat Perang Dunia II. Ia menawarkan pesawat buatan Inggris jenis Avro Anson.

Pesawat itu langsung dibawa ke Bukit Tinggi awal Desember 1947. Namun, Keegan minta pembayaran emas dilakukan di Songkhla, Thailand. Kepala Staf Umum AURI Wilayah Sumatera Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma ketika itu setuju. Halim menugaskan Marsekal Muda Iswahyudi menerbangkan pesawat dari lapangan Gadut ke Songhkla, Thailand.

9 Desember 1947, disaksikan tokoh adat Minangkabau, pesawat bertolak ke Thailand. Rombongan dalam penerbangan ini terdiri dari Halim Perdanakusuma, Aboe Bakar Loebis dan Keegan. Sebelumnya rombongan sempat transit di lapangan terbang Pekanbaru, Riau untuk mengisi bahan bakar.

Setibanya di Songkhla, rombongan menghadapi masalah. Aboe Bakar Loebis dituduh polisi Thailand sebagai penyelundup. Aboe keluar dari Thailand menuju Penang, Malaysia. Selanjutnya meneruskan perjalanan ke Singapura.

Sedangkan Halim dan Iswahyudi meninggalkan Thailand dengan pesawat yang sudah dibeli. Kedua penerbang itu bermaksud membawa amunisi dan peralatan perang hasil transaksi ke Bukit Tinggi. Sementara Keegan pergi dari Thailand ke Singapura dengan pesawat komersial dan melanjutkan perjalanan pulang ke Australia.

Ironisnya, sebelum sampai di Bukit Tinggi, pesawat Halim-Iswahyudi jatuh, 14 Desember 1947. Aboe Bakar Loebis mendapat kabar Avro Anson jatuh melalui telegram polisi Malaka, saat tiba di Singapura. Ia menerima informasi pesawat jatuh di Tanjung Hantu, Perak, Malaysia. Namun bangkai pesawat tidak ditemukan. Tidak lama setelah kejadian naas tersebut, jenazah yang diduga Halim Perdanakusuma ditemukan warga di sekitar Selat Malaka.

Sedangkan jenazah Iswahyudi tidak diketahui keberadaannya. Wikipedia mencatat jasad Halim sempat dikubur warga di Gunung Mesah, Perak. Beberapa tahun kemudian, makam Halim digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta untuk dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pasca malapetaka 14 Desember 1947, pemerintah menamakan Avro Anson yang jatuh dengan kode register RI 003.

RI 003 ditemukan di Riau?

Situs berita detik.com pernah melaporkan seorang pencari kayu menemukan sebuah bangkai pesawat di belantara Sumatera. Tepatnya di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau, 26 Agustus 2003. Setelah mendapat laporan Polsek Kuala Kampar, tim Pangkalan TNI AU Pekanbaru yang dipimpin Letkol Pnb Gandhara Olivenca melakukan pelacakan ke lokasi.

Hasilnya, pesawat yang ditemukan identik dengan pesawat terakhir yang membawa Halim dan Iswahyudi. Menurut Kepala Penerangan dan Perpustakaan TNI AU Pekanbaru Kapten Soetrisno ketika itu, posisi pesawat tertancap di rawa-rawa sedalam satu meter.

TNI AU menduga pesawat yang ditemukan berjenis Avro Anson dipersenjatai SMR kaliber 7,62 mm. Di sayap belakang masih terlihat bendera merah putih. “Karena itu, kami menduga bahwa kerangka pesawat yang ditemukan di hutan Kerumutan itu merupakan pesawat Avro Anson yang dipiloti Pak Halim,” kata Soetrisno, seperti dikutip detik.com.

Mabes TNI AU sudah menerima informasi tentang penemuan bangkai pesawat di Kerumutan. Sayangnya, entah kenapa hingga kini tidak ada rencana evakuasi benda bersejarah tersebut. Sejak ditemukan 2003, pesawat sumbangan rakyat Minangkabau untuk ibu pertiwi dibiarkan terkubur di tengah rimba, seperti tidak bermakna.

Masalah ini menimbulkan kegelisahan pemerhati sejarah David V. Ia mengaku pernah bertemu seorang anggota Pangkalan TNI AU Pekanbaru. Prajurit itu ikut ke lokasi penemuan pesawat 2003 silam.

Dalam perbincangan, terungkap TNI AU kesulitan mengevakuasi pesawat karena keterbatasan dana. Namun, yang mengejutkan, tentara itu mengaku melihat sesosok kerangka manusia saat meninjau Kerumutan. “Kerangka yang diduga pilot RI 003 Iswahyudi itu masih berada dalam bangkai pesawat,” ujar David.

Anehnya, seorang warga Pelalawan Toni yang mencari ikan di sekitar Kerumutan 2006 lalu, mengaku tidak menemukan kerangka manusia di kokpit Avro Anson. Keterangan ini disampaikan Toni kepada David dalam pembicaraan via telepon, 16 November 2011.

Akan tetapi, Toni yakin pesawat yang dilihatnya sama dengan ciri-ciri Avro Anson seperti digambarkan David. Toni juga mengaku melihat bendera merah putih di ekor pesawat. Bahkan ia masuk ke kokpit dan mengingat seluruh komponen di dalamnya. “Setidaknya butuh waktu tiga hari untuk sampai ke lokasi dari Teluk Meranti. Saya yakin pesawat itu masih disana. Tapi saya tidak melihat jasad manusia,” kata Toni.

Analisa tentang kemungkinan jatuhnya RI 003 di Kerumutan, Riau cukup masuk akal. Jika ditarik garis lurus rute Singapura-Bukit Tinggi, pesawat memang melintas di atas langit Riau dan sedikit melenceng ke arah Kerumutan. Diduga, pesawat keluar jalur karena cuaca buruk. Hal ini diperkuat buku sejarah Mabes TNI AU yang menginformasikan dugaan pesawat itu celaka akibat cuaca buruk.

Sebuah pertanyaan besar muncul, misteri apa di balik penemuan pesawat Halim di Riau delapan tahun silam? mengapa TNI AU belum mengevakuasi pesawat sebagai bentuk penghormatan pada pejuang? Mengapa kerangka manusia yang ditemukan 2003, kemudian raib? Adakah upaya mengaburkan fakta sejarah? Ataukah petinggi negeri ini semakin asyik dengan kekuasaan dan menganggap pengorbanan pahlawan di masa lalu hanya dongeng sebelum tidur ? (Tim riauspot.com)

KETERANGAN FOTO : Halim Perdanakusuma, Iswahyudi dan Paul H Keegan berfoto di depan pesawat RI 003 di Lapangan Gadut Bukit Tinggi, sebelum berangkat ke Songkhla, Thailand, akhir 1947. (Sumber : internet)

Misteri RI 003, Sejarah yang Terabaikan

“Bagaimana Pak Harto, apa jadi dilaksanakan rencana menguasai Halim,” demikian sepenggal dialog antara Komandan RPKAD Kol Inf Sarwo Edhie Wi...

Jumat, 11 November 2011

PEKANBARU (RS) Jumlah pasangan pengantin yang menikah di Pekanbaru, Riau tanggal 11 bulan 11 tahun 2011 meningkat. Umumnya, calon suami istri tertarik menikah hari ini karena dianggap momen terbaik.

Jumlah pasangan yang menikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tampan, Pekanbaru tepat tanggal 11 bulan 11 terdata 52 pasangan. Padahal biasanya, di hari lain hanya dua sampai tiga pasangan calon pengantin.

“Jumlah pernikahan meningkat tajam. Kami terpaksa menikahkan dua pasangan setiap satu jam,” kata penghulu KUA Tampan Suhardi.

Selain di Kecamatan Tampan, peningkatan juga terjadi di Senapelan, Lima Puluh, Rumbai dan Sukajadi. Kantor Urusan Agama se-Pekanbaru mencatat jumlah pernikahan hari ini mencapai 379 pasangan.

Pengantin mengaku tertarik menikah di momen tanggal 11 bulan 11 karena dinilai membawa berkah. Selain itu, tanggal pernikahan hari ini lebih mudah diingat. “Ini hari baik. Jadi kami pilih karena tanggalnya cantik,” kata calon pengantin Zamroni. (asr)

Momen 111111, Ratusan Pasangan Nikah di Pekanbaru

PEKANBARU (RS) Jumlah pasangan pengantin yang menikah di Pekanbaru, Riau tanggal 11 bulan 11 tahun 2011 meningkat. Umumnya, calon suami istr...

PEKANBARU (RS) Pembunuhan sadis di Rumah Makan Pondok Gurih, Jl Sudirman, Pekanbaru, Kamis (10/11) malam terekam kamera CCTV. Pelaku pembunuhan terlihat menggunakan senjata tajam menyerang korban dari belakang.

Aksi pembunuhan seorang pengusaha ini terjadi saat pengunjung Pondok Gurih terlihat mulai ramai. Dari kamera CCTV rumah makan, korban terlihat santai memasuki Pondok Gurih dan berjalan menuju tempat duduk.

Namun, tidak berapa lama dari belakang muncul seorang pemuda menggunakan helm menyerang korban dengan parang. Pelaku membacok pengusaha ini lima kali dan langsung meninggalkan rumah makan. Korban yang teridentifikasi bernama Halomoan Gurning, pengusaha perkebunan diduga tewas di tempat kejadian. Korban tinggal di Jl Mekar Sari, Tangkerang Selatan, Pekanbaru.

Kepala Polsek Bukit Raya Kompol Wawan menyatakan pihaknya sudah memeriksa lima saksi, yakni karyawan rumah makan dan pengunjung yang melihat langsung peristiwa pembunuhan. Polisi masih memburu pelaku pembunuhan. Sejauh ini, belum diketahui motif kasus tersebut. “Tampaknya pelaku sudah mengintai korban sebelum masuk rumah makan. Kami masih memburu tersangka,” kata Kapolsek Tampan Kompol Wawan. (asr)

Aksi Pembunuhan Sadis di Pondok Gurih Terekam CCTV

PEKANBARU (RS) Pembunuhan sadis di Rumah Makan Pondok Gurih, Jl Sudirman, Pekanbaru, Kamis (10/11) malam terekam kamera CCTV. Pelaku pembunu...

Senin, 07 November 2011

INDRAGIRI HULU (RS) Suku Talang Mamak di pedalaman Indragiri Hulu masih terisolasi dari dunia luar. Bahkan, suku terasing ini belum tersentuh sarana kesehatan. Akibatnya, ratusan anak-anak dan orang tua menderita berbagai penyakit yang ditanggung turun menurun.

Sungai Batang Gansal adalah salah satu jalur untuk menembus pemukiman suku Talang Mamak. Perjalanan air ke perkampungan suku asli ini memakan waktu 16 jam. Arus deras dan tikungan sungai yang sempit membuat pengunjung perlu ekstra hati-hati. Arus Batang Gansal dikenal ganas, terutama saat musim hujan.

Talang Mamak menempati enam dusun di Kecamatan Siberida, Indragiri Hulu. Salah satunya di Dusun Sadan yang dihuni lebih 100 penduduk. Konon, leluhur Talang Mamak berasal Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat. Mereka melarikan diri ke Indragiri Hulu karena konflik adat dan agama.

Kehidupan sosial, ekonomi dan budaya suku ini masih sederhana. Penduduk tinggal di rumah tradisional yang terbuat dari kayu, bambu dan atap daun rumbia. Talang Mamak memang terisolasi dari masyarakat modern karena kuatnya ikatan adat.

Buruknya sanitasi membuat keluarga miskin di daerah terpencil ini menderita berbagai penyakit. Mereka terpaksa menanggung TBC, diare dan penyakit kulit turun temurun karena ketiadaan fasilitas kesehatan.

Dokter dan tenaga perawat masuk ke pedalaman Indragiri Hulu hanya satu kali dalam setahun. Mereka harus melawan arus sungai dan belantara Sumatera untuk sampai ke perkampungan Talang Mamak.

“Kondisi medan yang berat membuat kami harus siap menghadapi berbagai resiko,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Indragiri Hulu Zainal.

Perjalanan dengan perahu mesin semakin beresiko karena beratnya muatan berupa obat-obatan dan peralatan medis. Dokter yang dikirim ke Dusun Sadan dan Datai berasal dari Dinas Kesehatan Indragiri Hulu.

Biasanya, tim medis tiba di lokasi pengobatan gratis menjelang malam. Penduduk asli langsung menyambut kedatangan mereka dan minta dilayani. Umumnya, suku Talang Mamak lebih percaya pada dukun dan obat dari alam. Perlahan-lahan, sebagian penduduk mulai beralih ke pengobatan modern. Namun, kemiskinan membuat suku Talang Mamak yang sadar kesehatan modern tidak mampu berobat ke kota.

“Faktor kemiskinan menyebabkan penyakit mereka sulit diobati. Sementara, fasilitas kesehatan belum ada di pemukiman suku asli,” kata Zainal

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Indragiri Hulu, 158 warga suku asli saat ini menderita penyakit kulit. Kasus penyakit yang ditemukan terus bertambah karena menular dalam satu keluarga dan ke warga lain.

Selain penyakit kulit, banyak juga warga terserang TBC dan diare yang disebabkan bakteri. Pengobatan terpaksa dilakukan di tempat terbuka, bahkan di atas perahu karena tidak ada puskesmas di tengah hutan Bukit Tiga Puluh. (asr)

Talang Mamak Belum Tersentuh Sarana Kesehatan

INDRAGIRI HULU (RS) Suku Talang Mamak di pedalaman Indragiri Hulu masih terisolasi dari dunia luar. Bahkan, suku terasing ini belum tersentu...

ROKAN HULU (RS) Polres Rokan Hulu menangkap lima pengedar kupon judi toto gelap (togel) di Pasir Pengarayan, Senin (7/11). Kelima warga ditangkap dalam razia anti penyakit masyarakat.

Lima penjual kupon togel ditahan di Markas Polres Rokan Hulu, Pasir Pengarayan. Mereka tertangkap saat mengedarkan kupon judi di tengah pemukiman penduduk. Salah satu tersangka mengenakan kaos Partai Golkar, ditangkap karena meresahkan masyarakat akibat kegiatan judi yang dilakukannya.

Polisi menyita uang Rp2 juta, sejumlah kupon togel, pena, kalkulator, buku rekapitulasi dan lampu. Para tersangka dijerat dengan Pasal 303 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara.

Peredaran kupon judi di Rokan Hulu mendapat kecaman masyarakat. Penjualan togel bahkan dilakukan terang-terangan di warung dan pusat perdagangan. Menurut Kasat Reskrim Polres Rokan Hulu, Antoni Lumban Gaol, peredaran togel semakin meresahkan. Oleh sebab itu, Polres Rokan Hulu bertekad menghentikan praktek perjudian ini. “Kami tidak akan pandang bulu, siapapun pelakunya harus ditangkap,” tegas Antoni. (dri)

Edarkan Kupon Judi, Lima Warga Ditangkap

ROKAN HULU (RS) Polres Rokan Hulu menangkap lima pengedar kupon judi toto gelap (togel) di Pasir Pengarayan, Senin (7/11). Kelima warga dita...

Minggu, 06 November 2011

PEKANBARU (RS) Kegiatan Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah di Pekanbaru dipusatkan di Mesjid Al Fida’ Jl Ahmad Dahlan, Minggu (6/11). 12 ekor sapi kurban disembelih untuk dibagikan kepada warga miskin dan jemaah sekitar mesjid tahun ini.

LAZISMU Riau menggelar penyembelihan hewan kurban, bekerja sama dengan panitia kurban pengurus Mesjid Al Fida.’ 12 ekor sapi dan empat kambing dikurbankan. Satu ekor sapi di antaranya merupakan hewan kurban yang disalurkan LAZISMU Pusat. Sedangkan 11 ekor lainnya hewan yang disumbangkan warga di sekitar Mesjid Al Fida.’

Puluhan warga menyaksikan pemotongan kurban mulai pagi usai shalat Idul Adha. Daging kurban akan dibagikan usai shalat Zuhur kepada masyarakat dan warga miskin di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
Selain melakukan kegiatan penyembelihan hewan kurban, LAZISMU Riau juga menggelar pengobatan gratis untuk masyarakat. Petugas LAZISMU Riau, Dede Firmansyah mengharapkan kegiatan amal ini mampu meringankan beban masyarakat miskin di tengah tingginya harga kebutuhan pokok.

“Ini benar-benar kegiatan untuk meringankan beban warga miskin. Tahun ini, Riau mendapat jatah 3 ekor hewan kurban dari LAZISMU Pusat. Masing-masing disalurkan ke Pekanbaru dua ekor dan Pelalawan satu ekor,” kata Dede. (asr)

LAZISMU Riau Gelar Penyembelihan Hewan Kurban di Mesjid Al Fida’

PEKANBARU (RS) Kegiatan Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah di Pekanbaru dipusatkan di Mesjid Al Fida’ Jl Ahmad Dahlan, Minggu (6/11). 12 ekor s...

 

berdaulat.co © 2015 - Blogger Templates Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com